Impor beras dilakukan sebuah negara pastinya dikarenakan pada waktu tertentu negara tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan beras secara mandiri. Maka dari itu diperlukan pasokan beras dari Negara lain yang dapat membantu memenuhi kekurangan beras tersebut. Sama halnya dengan Indonesia yang sudah sering melakukan impor beras dari berbagai Negara lain. Dan di sepanjang tahun 2011, tepatnya akhir Bulan Oktober Indonesia telah melakukan kontrak impor dengan Negara Thailand sebanyak 1,35 juta ton beras dari 1,6 juta ton yang diijinkan oleh pemerintah Indonesia. Impor yang rencananya akan diberhentikan pada tahun 2012 nanti sepertinya akan menjadi harapan semata karena bisa kita lihat keadaan di lapangan secara nyata bahwa walaupun Indonesia sudah mengimpor beras akan tetapi masih banyak sekali daerah di Indonesia yang kekurangan suplai beras.
Contohnya daerah Nusa Tenggara Timur yang beberapa waktu lalu Bulog sudah mendatangkan beras impor dari Vietnam. Akan tetapi masih ada perkiraan bahwa beras yang didatangkan tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan warga NTT sampai akhir tahun 2011. Bahkan dijelaskan bahwa untuk mengatasinya akan didatangkan beras lagi dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Untuk satu provinsi saja begitu banyak membutuhkan suplai beras dari beberapa daerah lain, apalagi pada daerah lain yang banyak penduduk namun persediaan beras lokal masih kurang?
Faktor kurangnya suplai di beberapa daerah lain yang sudah terkabarkan adalah kurangnya sarana dan prasarana. Seperti halnya di Siak, Provinsi Riau. Hal itu dikarenakan kurangnya perbaikan pada sistem pengairan, pengendalian keadaan tanah dan pengolahan tanah. Dari beberapa penyebab tersebut memang terkait dengan ada atau tidak adanya ‘sang ahli’ yang berkontribusi di dalamnya. Tidak bisa dipungkiri lagi masih banyak petani di Indonesia yang mengurus lahan mereka sendiri atau sebagai buruh tani belum memiliki pengetahuan yang cukup baik untuk itu. Maka dari itu, di setiap desa idealnya terdapat pengawas untuk mengarahkan dan memonitor setiap kegiatan pertanian maupun perkebunan di suatu desa.
Selain itu para ahli tersebut dibutuhkan terkait dengan adanya data mengenai pengelola pertanian,proses pertanian sampai produk pertanian yang mencakup kuantitas maupun kualitas yang akan berguna untuk membuat peraturan/kebijakan. Bisa kita lihat jika suatu daerah kekurangan ahli pertanian, seperti para penyuluh pertanian maka akan didapatkan suatu hasil yang kurang maksimal. Seperti halnya di daerah Melawi, Kalimantan Barat yang mengalami kurangnya jumlah penyuluh pada setiap desa yang berkaitan dengan tersedia atau tidak tersedianya data produksi. Sehingga dengan keadaan tersebut menjadikan lahan-lahan yang digunakan kurang begitu optimal hasilnya.
Terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu adanya alih fungsi lahan. Contohnya pada lahan padi di Siak, Provinsi Riau yang beralih fungsi menjadi lahan kelapa sawit. Pastinya terdapat suatu alasan mengapa lahan padi dialihfungikan. Bisa saja dikarenakan adanya bencana alam, namun yang utama dan fakta yang terlihat adalah karena penghasilan yang diberikan oleh hasil perkebunan kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan hasil lahan padi. Walaupun tentunya para penduduk juga mengetahui bahwa sebenarnya beras yang dihasilkan belum bisa mencukupi kebutuhan mereka. Namun, apa daya, yang ada hanyalah peraturan atau kebijakan yang kurang tegas serta kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri.
Di samping itu, masalah terkait lainnya adalah kurangnya dana aliran khusus yang dianggarkan pemerintah untuk pertanian di beberapa daerah. Pemberian bibit unggul yang diharapkan juga belum mencapai jumlah yang diharapkan. Bisa dicontohkan pada Kota Kotamubagu, Sulawesi Selatan yang tidak diberikan dana aliran khusus sama sekali. Yang bisa kita lihat di sini adalah masalah pendistribusian dan pembagian dana yang tidak merata.
Menanggapi beberapa penyebab kurangnya ketersediaan beras yang terjadi di sepanjang tahun 2011 di atas, maka sebagai masyarakat secara umum yang diharapkan adalah terciptanya suatu sistem yang benar-benar terorganisir dengan baik untuk mengatasi semua masalah yang telah disebutkan sebelumnya maupun yang mungkin belum terbahas. Memang perlu diakui, semua tidak bisa terselesaikan hanya dengan usaha satu pihak saja, namun harus diusahakan bersama-sama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Hanya saja di sini lebih ditekankan pada perbaikan Sumber Daya Manusia. Karena SDM-lah yang bisa berperan sebagai subyek untuk membenahi kerusakan yang terjadi. Selain itu juga bisa diadakan bahan pangan pengganti beras yang sudah disebarluaskan dan sudah digunakan di beberapa daerah di Indonesia yaitu sorgum. Akan tetapi, proses penyebarluasan informasi dan proses adaptasi yang panjang akan diperlukan pada masyarakat Indonesia yang terbisaa makan beras untuk beralih pada sorgum ini. Pada intinya, bagaimanapun caranya, kita pasti bisa mengatasi semua permasalahan akan tetapi sangat membutuhkan perjuangan dan waktu yang tidak sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar