Senin, 26 November 2012

CELEBRATE YOUR 19th YEARS, PUBLIC HEALTH OF AIRLANGGA UNIVERSITY!!!

Beberapa hari yang lalu (Sabtu, 24 November 2012) adalah puncak perayaan ultah FKM UNAIR yang ke-19! Tak seperti biasanya, untuk memperingati ultah FKM yang jatuh pada tanggal 23 Oktober 2012 kali ini menampilkan budaya jawa, yaitu Reog Ponorogo dan Campursari. Heueuueueueueeheuu Jujur saja sedikit ngantuk2 gimana gitu ya, but no problemooo, katanya mau melestarikan budaya Indonesia? Cieeee...

Pagi hari, rutinitas tahunan  untuk mengawali Pensi yaitu senam pagi, aku telat sih gara2 kena jackpot ban bocor pas berangkat huhhhhh -______-

Akhirnya setelah senam pagi, lanjut jalan sehat, BARU KALI INI SAYA IKUT JALAN SEHAT SELAMA HAMPIR 4 TAHUN DI FKM!!! AMAJINGGG!!
Jangan bilang saya durhaka terhadap fakultas. Karena tahun pertama saya memang sdg tidak bisa mengkuti acaranya, yang tahun kedua dan ketiga saya jadi koor acara jadi harus standby di tempat utama, nah ini niiih baru tahun ke empat saya punya kesempatan terakhir sebagai mahasiswa untuk mengikuti acara jalan sehat. Tak mau saya melewatinya, walaupun teman sekelas cuma ada beberapa gelintir, tapi it's okay lah. Bahagia itu tak harus rame2..Hahaahha



Happy Family Moment (CEMORO SEWU)

Ini ceritanya flash back lagi nih.. biasa moody banget yang punya blog..hahaaha kebanyakan tugas kuliah malah gak produktif ngeblognya..

Kali ini ceritanya pas hari liburan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 26 Oktober 2012. Lumayan buat pulkam ke rumah tercinta, udah sekitar sebulan lebih gak pulkam. Tanpa ba bi buuu, mau gak mau akhirnya sekeluarga menyempatkan buat maen ke tempat yang emang udah biasa kami kunjungi kalo pas ada waktu luang bersama, yaitu di Cemoro Sewu. Tempatnya adem karena memang berada di dataran tinggi. Kalau belum tahu, Cemoro Sewu ini adalah salah satu jalur yang biasa digunakan para pendaki Gunung Lawu. Cemoro Sewu ini masih berada di kawasan Jawa Timur. Biasanya sih kalo ke Cemoro Sewu, kebnayakan mampir juga ke Telaga Sarangan sama Air Terjun Grojogan Sewu. Tempat-tempat yang segerrrrr...

Di sepanjang jalan Cemoro Sewu banyak terdapat penjual sate kelinci, jagung bakar, pisang bakar, dan lainnnya. Kebiasaan keluargaku yang paling sering kami lakukan berhenti di salah satu warung kemudian ngobrol lama banget sambil makan sate kelinci+lontong, makan jagung bakar, sama minum susu/kopi/teh anget..Hmmm sadaaapp abisss..:) 

Sabtu, 24 November 2012

Throwback 2 Bulan yang Lalu (Probolinggo - Yogyakarta)


Flash Back!

Liburan!
Melalui sisa liburan kelar PKL 2 bulan di rumah terusssss sampai habis lebaran adalah MEMBOSANKAN.
Kembali ke Surabaya atau ke luar kota adalah hal yang ditunggu-tunggu. Nah, seminggu sebelum hari  pertama kuliah masuk, back to Gading Wetan,Probolinggo adalah kegiatan pertama yang aku lakukan bersama teman-teman sekelompokku PKL dulu. Ya.. itung2 silaturahmi lagi lah ya.. terlebih lagi udah terlanjur janji sama teman2 yang ada di Desa Gading Wetan dulu kalo seumpama ada waktu kita mau mainlagi ke sana. Yap, that's the time..
1-3 SEPTEMBER 2012

Di Taman Bermain Anak-anak
(Pintu masuk)

Di Taman Bermain Anak-anak (2)
Selama 3 hari 2 malam, kita nginep di sana, di rumahnya Ketua Karang Taruna. 8 anak mbolang tidur sekamar berumpel-umpelan seru..haha It's okay, 3 hari cukup buat melakukan semua aktivitas melepas kangen terhadap Desa itu. It's great. . .



Jumat, 23 November 2012

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) I-II FKM UNAIR 2012


HALO!!!
Lama tak bersua dengan blog pribadi ini yaa.. karena memang berbulan-bulan yang lalu telah aku lalui di tempat-tempat yang kekurangan sinyal modem, jadi mls bgt kalo harus nge-blog dengan keadaan kyk begitu. Nah, kali ini aku mau sedikit menggambarkan bagaimana situasi PKL FKM UNAIR 2012.

PKL yang diadakan selama 50 hari yaitu mulai tanggal 6 Juni-28 Juli 2012 kemarin SERU ABIS!
Yah biasalah, awal keberangkatan ogahnya minta ampun kayak pas KKN dulu, tapi namanya juga proses adaptasi, apalagi kelompokku dapat Desa Gading Wetan, Kec. Gading, Kab. Probolinggo yang masyarakatnya mayoritas sangat kooperatif dengan dukungan karang taruna yang aktif. Daripada bercincong panjang lebar, foto2 ini mungkin bisa menjelaskan dan bisa ngasih bayangan apa saja sih yang kami lakukan selama PKL kemarin. Let’s see...;)



Rumah Kontrakan tempat berteduh
Perkenalan di Balai Desa Gading Wetan
Survey masalah
FGD 1



Kamis, 09 Agustus 2012

PROSES CERITA


Ragu selalu mengiringi
Di setiap jejakku meniti hal ini
Bukan untuk hal lain,
Yang seakan-akan ragu itu selalu terbawa angin

Cerita ini,
Dengan beberapa tokoh
Yang tak pernah kupikirkan sebelumnya
Membangunkan kenangan lama
Sekaligus mendirikan drama yang baru
Tak ada yang lebih baik
Setali tiga uang rasaku

Monoton, ceritaku ini memang sangat membosankan
Namun hanya akhirnya..
Bukan proses, bukan awal mula pula..

Pertanyaan penting bagiku,
Apa aku menikmati proses yang berbeda itu?
Jawabnya ‘setengah – setengah’
Apakah tak pernah menikmatinya secara penuh?
Aku berkata padaku :
Penuh, jika akhirnya adalah cinta di hatiMU,
di hati mereka,
dan di hatimu...
Orang-orang yang senantiasa menyayangiku...

Jumat, 13 April 2012

RESENSI BUKU - CINTA ITU, KAMU


Cinta bisa jadi apa saja. Cinta bisa berbalas, kadang juga tak terjawab. Cinta menyebabkan luka, tetapi ia  juga yang meredakannya. . .

Puitis. Itulah kata-kata yang pantas untuk ditujukan kepada buku ini. Seperti buku-buku Moammar Emkka yang bertemakan cinta yang lainnya, buku ini pun begitu sangat sarat dengan kata-kata romantis sekali.

Kecil tapi berisi. Untaian kata di dalamnya bisa diterjemahkan oleh setiap subyek dengan anggapannya sendiri. Menceritakan alur sebuah perjalanan cinta seseorang yang rumit, pengingkaran hati yang cinta, diam dalam cinta, usaha, dan sakit hati.

Just try to grab this book fast! You'll never be disappointed. 

RESENSI BUKU - LITTLE BEE

Namun, hidup tidak cenderung membiarkan kita kabur. . .

Little Bee, yang jika kita lihat sekilas dari covernya memang sulit diterka apakah cerita di dalamnya. Dan memang benar sekali, ketika kita baca buku ini dari awal sampai akhir membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena permainan alur cerita yang meloncat-loncat sangat rumit. Namun, seru dan menegangkan sekali ceritanya. 

Buku karangan Chris Cleave ini sangat recommended. Pesan tolong-menolong, egoisme, rasa kecewa, kecurangan, perjuangan, kekejaman, sungguh lengkap di dalamnya. 
It's a touching book I think..
Let's read this book guys..:)

RESENSI BUKU - MENCARI TEPI LANGIT

Novel kecil karangan Fauzan Mukrim ini menceritakan mengenai perjuangan seorang jurnalis yang dimana pada saat itu Indonesia sedang bergejolak. Banyak sekali perpecahan dan bencana yang terjadi.
Selain mengupas kehidupan seorang jurnalis yang memang sangat berat dalam mendapatkan berita yang up to date dan benar-benar berkualitas, di sini juga diceritakan sekilas tersirat mengenai apa itu teman sebenarnya, bagaimana menolong orang lain, bagaimana menepati janji yang telah diikrarkan, bagaimana menerima kekecewaan sekaligus rasa senang, dan sebagainya.

Novel ini sebenarnya bukan novel terbaru. Namun, isi dan pesan di dalamnya tak kalah saing untuk juga dibaca.
Enjot it..:)

Kamis, 12 April 2012

Photos Collection from Photography Class

Harus diakui yaa, Fakultas Kesehatan Masyarakat itu banyak banget yang harus dipelajari. Bisa dibilang lengkap, apapun itu dari yang membosankan sampai yang menyenangkan. Dari mata kuliah kampus A sampai kampus B tumplek blek di FKM. Sedikit dan sering membingungkan memang, tapi kalau kita bisa menikmati dan menghayatinya, sebenarnya semua itu memang perlu untuk kompetensi FKM itu sendiri. 
Nah, yang paling menyenangkan dan seru itu pas beberapa minggu yang  lalu diadakan Photography Class di praktikum mesdia promkes, yang ngajar itu fotografer handal namanya Mas Wirawan Dwi. Saat itu kita diajari berbagai teknik fotografi yang baik dan menarik itu seperti apa, kemudian langsung deh terjun ke suasana outdoor untuk hunting foto! Serruuuu...Ini nih beberapa hasil jepretan dariku dan temanku.. 
(harap dimaklumi baru pemula dan dengan kamera sederhana :D)

DUA BELAS – DEAR YOU, GERIMIS DI BULAN JANUARI

Perjalanan boleh berhenti; tapi sejenak saja, jangan terlalu lama. Masih jauh kilometer yang harus ditempuh untuk menjemput bahagia, bukan dengan berdiam menunggu. Kecuali, menunggumu itu satu hal yang pasti, pasti kubela hingga kaki tak merasakan lelah lagi.
….
“Kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta pada siapa. Jika boleh memilih, sekali lagi aku akan jatuh cinta kepadamu. “
- Moammar Emka (hal. 348)

Add caption
6. “Cinta memang tak terduga. Semua serba tiba-tiba. Datang, tiba-tiba, pergi tiba-tiba. Lalu, datang lagi, pergi lagi. Akankah kamu datang sekali lagi, tiba-tiba?”
7. Menunggumu, entah untuk yang keberapa kali. Bersama senja, sekali kali kucatat lagi terpasungnya diri dalam jarring matamu lagi. Sedetik tak terhitung nilainya, ketika satu kata yang terucap begitu berarti; ketika rasa yang terungkap begitu bermakna.
- Moammar Emka (hal.350)

Sebuah pusat badai berkecamuk di pikiranku. Terpuruk melupakanmu, atau berdiri kukuh dalam penjara taman kotamu? - Moammar Emka (no.4 hal.352)

3. Kau tahu posisiku sekarang? Aku terjepit di antara pengingkaran dan realitas perasaan.
4. Kebenaran menjadi lebih rumit ketika kusadar perasaan itu begitu kokoh di tempatnya; berat pindah ke hati lain.
- Moammar Emka (hal 354-355)

“Menunggumu. Satu hal yang paling membahagiakan dari menunggu.” Yakinku, dalam hati. - Moammar Emka (no.13 hal. 357)

Tak sabar, aku inginkan pagi. Biarkan mentari hasut benciku yang setia bertahan menyulut mimpi tentangmu seutuhnya, tak henti-henti; menjadikanmu yang terindah sebagai pengantin hatiku yang terjamah, lekang. - Moammar Emka (no.5 hal. 358)

16. Tolong, jangan buat aku percaya; kita mulai terbiasa bertukar dengan rasa bisu, sepertinya. - Moammar Emka (hal.362)

Bersyukurlah bisa menangis. Setidaknya kita tahu, kesedihan itu seperti apa rasanya. Rasakan saja air mata yang tumpah itu obat luka. - Moammar Emka (hal.370)

Ketidakberdayaan,keakuan, dan pengingkaran: milikku. Rasa muaranya. Tinggal menunggu satu : penyatuan itu. - Moammar Emka (no.6 hal.373)

Tiba-tiba. Kata keramat yang setia merunut kejutan di setiap barisnya. Kamukah itu? Aku menunggu….. - Moammar Emka (no.2 hal 376)

Tapi bagiku, kamu tak ke mana. Seperti tumbuhan dalam kayu. Makin kokoh akar menhunjam, makin merindang daun. Kamu hidup di bagian terdalam dari diriku; palung hati. . . . .  - Moammar Emka (hal. 378)

THE END OF DEAR YOU BY MOAMMAR EMKA
NICE BOOK..NICE WORDS..NICE POEMS..:)

SEBELAS – DEAR YOU, NAMAMU ADALAH PERNIKAHAN HURUF YANG INGIN KUTAHBISKAN DI AWAL BULAN JULI

6. Dear you, DAN MENANGISLAH…
Tak selamanya, pedih itu berarti sakit. Kadang, tangis yang mengiring adalah bahagia yang tak kita sadari. Paling tidak, kita jadi mengerti apa sesungguhnya sakit ketika kita merasakan air mata mengalir. Inilah kebahagiaan sesungguhnya. - Moammar Emka (hal. 330)



13. Dear you, CINTA DAN KEJATUHANNYA
Jatuh cinta dan patah hati itu memang pasangan serasi. Ketika kita jatuh karena patah hati, cinta menautkannya kembali. Ketika jatuh da patah, bersyukurlah kita masih punya cinta dan hati. Ketika kita tak punya cinta dan hati, bersiaplah untuk jatuh dan patah.
- Moammar Emka (hal.334)

17.Dear you, CINTA DAN KESEDIHAN
Cinta dan kesedihan itu ternyata berjalan beriringan, hidup dalam ada dan tiadanya.
Cinta dan kesedihan itu ternyata berdiri sejajar seperti barisan pohon bambu. Saling melengkapi dalam tawa dan lukanya. Saling membunuh dalam semi dan punahnya. - Moammar Emka (hal.338)

33. Berani jatuh cinta berarti berani juga jatuh tanpa cinta. Berani jatuh cinta berani juga jatuh bersakit-sakit untuk cinta.
“Berani kamu jatuh cinta?”
“Berani! Asal sama kamu!”
- Moammar Emka (hal.345)

Rabu, 07 Maret 2012

SEPULUH - LOVE IS BEAUTIFUL

2. Cinta memiliki aturannya sendiri. Tak bisa dicerna kecuali dengan mata hati. Ikuti saja ke mana ia akan membawa serta.
3. Cinta mendekat dan menjauh tanpa aturan. Membutuhkan waktu yang tak terbilang untuk peraturan dan perpisahan.
6. cinta itu bukan soal gagal atau tidaknya. Cinta tetaplah indah apapun hasilnya. Apa yang seharusnya kita lakukan adalah mencari kesempurnaannya.
- Moammar Emka (hal.298)

7. Takkan lari cinta dikejar, takkan kemana rindu diburu. Tapi kita tidak boleh tinggal diam. Tetap harus berlari dan berburu untuk mendapatkannya. Berdoa dan tawakal, kemudian.
8. Ketika memikirkan orang yang pernah kamu cintai, ingatlah dia dengan tersenyum untuk berterimakasih. Karena dialah, kamu lebih mengerti tentang kasih.
- Moammar Emka (hal.299)

Berharap, tak pernah sia-sia; sekecil apa pun itu. Karena kesempatan selalu ada – kapan pun itu. - Moammar Emka (no.13 hal.300)

16. Cinta tak selalu cukup, hanya butuh dimengerti, ternyata.
17. Selamat ulang tahun, cinta. Satu detik terlampaui. Melesat jauh, menanak seribu jejak kaki. Selamat mengarungi bahtera Nuh, hari ini dan nanti.
19. Ternyata, rindu dan kesendirian adalah kombinasi yang berbahaya.
20. Hidup itu bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar enari dalam hujan.
- Moammar Emka (hal.301)

“Beruntunglah masih bisa mencecap pahit. Setidaknya kita bisa menakar manis itu seperti apa rasanya” - Moammar Emka (no.28 hal.305)
“Karena Tuhan punya rencana. Kita berusaha, berdoa dan bertawakal saja. Cinta dan penyatuan kita tak akan ke mana.” - Moammar Emka (no.33 hal.307)

35. Cinta? Tanpa definisi. Yang biasa dan bisa kita lakukan adalah mengespresikannya. Kasihan cinta kalau harus diartikan ini-itu. Cinta menjadi terisolasi dan masuk ke dalam kotak!
37. Love is blind. Karena cinta tidak butuh mata. Kenapa harus menyesal saat cinta putus. Ambil nilai terindahnya aja. Lupakan sisi pahitnya. Cinta akan menjadi lebih berharga maknanya.
- Moammar Emka (hal.308)

“Jatuh dan putus cinta. Bayangkan dua kata sebelumnya tak pernah ada. Hanya cinta. “Tanpa sebab rasa itu jatuh kepadamu” - Moammar Emka (no.38 hal.309)

“Sepotong sapa, kejutan berjuta. Mengunci lidah, kelu berkata. Ada binary bahagia, malu-malu tapi nyata. PS : Hati-hati ya…” - Moammar Emka (no.49 hal.311)

Selambat atau secepat apa kita ingin melupakan? Tidak ada jawaban yang tersirat,pun tersurat. Selama ingatan adalah akarnya, melupakan adalah milik waktu; kapan pun itu.
…..
Melupakan semua tentangmu? Tak mungkin; karena kamu tinggal dalam ingatan.
- Moammar Emka (hal.314)

65. Kita harus memilih. Kini atau masa lalu. Dan jangan kira kita bisa berbalik dan mengingkari keputusan kita sendiri.
70. Kadang, cinta itu tak perlu bicara. Dalam diam pun cinta tetap bisa berkata-kata.
- Moammar Emka (hal.315)

“Hiduplah dalam cinta, jika ingin berbahagia” - Moammar Emka (hal.316)
79. Tak pernah ada kata terlambat untuk cinta. Jika jatuh cinta, katakanlah! Biar tak ada sesal yang menguntit di belakang hari.
80. Dari padi, kita belajar rendah hati. Dari kamu, aku belajar mencintai.
- Moammar Emka (hal.317)

82. Kekalahan mengajarkan kemenangan. Cinta yang melunturkan kebencian. Cinta yang member tanpa pamrih; meniadakan timbale baliknya.
83. Mengulang dari awal juga sebuah pilihan. Yakin bisa, lakukan! Kembali lagi mengeja hatimu, yakin bisa kulakukan.
- Moammar Emka (hal.318)

“Waktu. Dia selalu ada dan siap sedia. Kadang, kita yang cuek dan mencampakkannya hingga kebersamaan hilang maknanya. Iya, kita!” - Moammar Emka (no.90 hal.319)

“Apa yang coba kuhindari? Masa kini, lalu apa nanti? Percuma lari, ketiganya pasti kutemui. Kita bersiap diri, saja. Karena hidup itu butuh masalah supaya kita tahu bahwa kita punya kekuatan.” - Moammar Emka (no.107 hal. 323)

I'LL NEVER KNOW

Ternyata tidak seperti yang aku bayangkan dan harapkan pada tanggal 27 Februari 2012.
Memang hanya sedikit, atau bahkan bisa dibilang kecil sekali hal itu, hal yang dapat kulakukan.
Tapi, tak kusangka akan labih parah daripada biasanya.
Bahkan sangat berbeda drastis dengan kondisi yang diberikannya akhir2 ini.

Kecewa, jelas iya...
Aku akui itu. Karena memang seperti itu. Tak ada yang lain.

Berusaha untuk mengerti. Menyadari bahwa hal yang tidak diharapkan sedang terjadi.
Ada pikiran-pikiran busuk melintas tanpa permisi.
Pikiran yang memang harus dilakukan setelah dipikirkan.

Dan nyatanya sudah saya lakukan.
Setidaknya berkurang intensitas untuk mengingat hal-hal terkait.
Berniat saja tak cukup.
Yang pasti, aku sudah tidak mau melakukan ke - plin-plan-an seperti dulu.
Sekarang biarkan go with the flow...

Thanks for being my close friend (just like what you said on that time, even I didn't agree in it, and I just talked to my self)
I mean that I never knew close friend like ours. hahahaaa..

Yes, I'll see my self when I can say goodbye to you...:)

Senin, 27 Februari 2012

HARI INI, TANGGAL INI LEBIH TEPATNYA

Seperti judul di atas, memang aku akan menceritakan sepotong kisah tentang tanggal ini, 27 Februari. Dan hari ini adalah tanggal tersebut si tahun 2012. 
Dulu, setiap tanggal ini, sebenarnya aku ingat banget kalo besoknya adalah tanggal 28 Februari, dan ada hal yang harus kulakukan untuk itu. Sederhana saja. Seperti yang orang-orang lakukan ketika menemukan tanggal yang di ulang setiap tahunnya dan sangat berarti untuk orang yang mempunyai tanggal tersebut. Kalian pasti tahu lah..
Tapi,sayang sekali.. beberapa tahun setelah aku tahu ada yang special di tanggal 28, aku belum pernah sekalipun melakukan apa yang aku harapkan, dan selalu saja melebihi jam dimana aku harus melakukan hal tersebut. Awalnya sih aku biasa saja, namun lama-lama aku merasa bersalah. Karena di tanggal 31 Oktober, tanggal yang berarti buatku, selalu ada yang memberikan sesuatu tepat pada waktunya. Sesuatu yang ingin aku lakukan nanti. Dan aku ingin melakukan hal seperti itu. Benar-benar tepat waktu. 
Mungkin hal ini terlalu berlebihan bagi orang lain, tapi bagiku tidak. Ini hanya sebuah hal kecil yang aku buat sedikit terlihat penting di mataku. 
Mungkin juga, ada yang memang mengerti dan tidak mengerti akan hal ini. Hanya aku, Tuhan, dan yang merasa memiliki tanggal2 di atas yang dapat mengerti. 
Aku tidak akan dan tidak mau terlambat lagi untuk melakukannya. :) 

Kamis, 23 Februari 2012

SEMBILAN – DALAM SENJA DAN HUJAN AKU MENARI

3. Setelah pagi menyuguhkan basi, senja pun kini menepi tak peduli. Sia-sia kucoba menghapus jejakmu – itu pasti.
4. Bersama kesendirian di senja yang sayu. Berbekal cerita masa lalu tentangmu; yang setia jadi sahabat sejati. Semoga kamu masih mengingatnya.
– Moammar Emka (hal.265)



Siang boleh saja enggan mengusik hujan, asalkan kamu
jangan pernah bosan, temaniku.
Rentan pelukmu nyaris terlepas. Meretas senja bertumpu
pada sayu mata. Malas beranjak, pun bertahan.
Lengkung mendung menggaris di keningmu. Menjadilah
hujan bila itu buatmu terbebas dari sedu.
– Moammar Emka (no.9 hal.267)

Saatnya menari dalam hujan. Setiap ruas jalan menuju rumah hatimu tergenangi air keraguan yang mengaburkan arah pandang getarku. – Moammar Emka (no.17 hal.270)

Hujan. Tanya dan tanda apa yang harus kualamatkan?
Selain derasmu selebihnya adalah rindu yang bungkam seribu.
Hujan. Rangkul aku, basah. Mungkin dingin bisa usir gerah gelisahku berganti sejuk matamu.
– Moammar Emka (no.47 hal.281)

Mata yang malas. Menempel pada langit senja. Andai kamu ada, hilang muramku, dan sempurnalah sneyumanku. – Moammar Emka (no.62 hal.284)

Bukan pagi yang mengantarkannya, justru senja yang mendatangkannya. Kejutan itu: sapa manjamu. Kegelisahanku seketika menjura bahagia. Demikian. – Moammar Emka (no.69 hal.285)

Pada senja yang berpeluh, cerita kita ada. Jalani saja, jika itu bukan sekadar ingin tapi memang hati yang berkata. – Moammar Emka (no.74 hal.286)

Aku tak ingin rindu yang kubakukan hanya menjadi sekadar lalu. Maka, bersama senja aku menunggu. Lalu, kita bertemu. – Moammar Emka (no.82 hal.289)

…..Dalam hujan, biarkan rindu menyudahi kuyup lelahnya menanti perjumpaan…..
– Moammar Emka (hal.292)

DELAPAN – ANTARA AKU DAN KAMU

Menunggu dan Seterusnya
Di antara hujan, dan kata bosan. Dalam bingkai cerah langit, hujan tetap berjatuhan. Dibelenggu janji yang belum terpenuhi, aku menanti; kamu! – Moammar Emka (hal.240)

Kamu : “Rumah seperti apa yang ingin kau huni sampai tua nanti?”
Aku     : “Rumah hatimu.”
– Moammar Emka (no.3 hal.241)


Kamu  : “Cukup bahagiakah kamu hari ini?”
Aku     : “Lebih dari cukup! Karena kudapat sepatah sapa manja dan sepotong rindu untuk tidurku, darimu.”
– Moammar Emka (no.6 hal.242)

“Aku masih belum percaya. Sebaris kata rindu itu terpancar tiba-tiba dari rasa bisumu. Itu lebih dari obat untuk sekarat penantianku.”
“Semoga kamu percaya; tanpa awalan dan akhiran: rindu ini, milikmu saja.”
– Moammar Emka (hal.258)

“Apa kado ulang tahunku?” | “Separuh hatiku.” | “Sisanya untuk apa?” |  “Kado pernikahan kita.” – Moammar Emka (no.57 hal.259)

“Apa pilihanmu kini?” “Inilah pilihanku : mengingkari cinta dengan membiarkan kecewa membentur tanya – meski tanpa jawab.” – Moammar Emka (no.68 hal.261)

TUJUH – TANYA HATI, ENTAH

Haruskah kita tidak acuh dan mengingkari rasa saling itu? Sementara di setiap kedip mata, rindu membilas kekeringan rasa kita. …….
……Entah di mana, entah kapan masanya, cinta itu memanggilku lagi? Jika itu terjadi, semoga kamulah tujuanku berlari – seklai lagi.
– Moammar Emka (hal.212)



Jika jawab tak juga ada, haruskah praduga jadi jembatannya? Jika sapa tak juga berbalas semestinya, haruskah diam jadi pilihan? Bukan semestinya, tapi sekiranya. – Moammar Emka (no.3 hal.231)

“Terjaga demi sepotong Tanya – untuk hati, yang tak juga menemui abjad jawabannya. Keruh, tak kuasa menyepuh sabda” – Moammar Emka (no.4 hal.231)

9. Di sana, aku masih saja berharap bisa menunggumu. Tapi, entah kapan itu menjadi nyata. Atau sebaliknya, aku pergi saja dan membunuh semua tentangmu, tak bersisa?
10. Berbenah dari segala gundah. Berteduh dari setiap gaduh. Kepadamulah muara itu? Entah.
– Moammar Emka (hal.215)

“Aku telah berjalan begitu jauh dari diriku – tapi sepertinya tidak darimu. Entahlah!” – Moammar Emka (no.12 hal.216)

Apalah artinya jarak. Sejauh kuberlari, tetap saja lekang bayangmu menengahi ruang kerinduanku. Tak sedikitpun beranjak. Sementara jauh di sudut hatiku, namamu masih tersimpan dan rapi terjaga. Apakah aku mampu? – Moammar Emka (no.22 hal.218)

29. Isyarat itu… Apakah telah hilang sepenuhnya atau bersembunyi dalam ketakutannya? Menggigil enggan menampakkan wajah keakuannya.
30. Tanda- tandamu tak juga bisa kubaca. Bahkan sekadar satu kata pun, tak ada.
– Moammar Emka (hal.219)

“Pengakuan, kenyataan, dan pengingakaran. Tiga dalam satu merangsek maju untuk mencari kebenaran perasaanku,kepadamu” – Moammar Emka (no.33 hal.220)

INKONSISTEN. Bergeser ke kiri, lalu ke kanan. Diam di tempat, mundur ke belakang, lalu maju selangkah. Pikiran bercabang membabibuta. Kamu, rindu, dan pengingkaran. – Moammar Emka (no.37 hal.221)

Sadarku makin nyata. Tak berhak lagi aku bertanya. Biarkan saja lirih yang angkat bicara : “Di matamu, aku ini siapa?” – Moammar Emka (no.40 hal.221)

“Senja. Entah berapa jauh lagi aku harus berlari ke arahmu. Hanya di garis finis, aku ingin berhenti. Masih jauhkah?” ­– Moammar Emka (no.44 hal.222)

Cuma ada kata ENTAH, setiap kali kuasamu atas hatiku menggugat rindu ini bangkit lagi, entah untuk yang keberapa kali – Moammar Emka (no.49 hal.223)

58. Mungkinkah aku terlanjur kehilangan apa yang selama ini kuyakini sebagai keakuan perasaan: KAMU?!
59. Menyudahi apa yang seharusnya kuakhiri. Mengakhiri apa yang seharusnya kusudahi. Benarkah ini sudah “seharusnya”?!
– Moammar Emka (hal.225)

Dibelenggu semu dan nyata cintamu. Betapa susah mencari batas pemisahnya. Aku Cuma tak ingin membeku putus asa;terjepit di antaranya – Moammar Emka (no.69 hal.227)

Aku tak bisa lebih berbahagia dari hanya
bermimpi tentangmu. Aku butuh ini
menjadi nyata. Apa kau menungguku
di sana ketika aku tak kuasa terjaga?
Semoga.
– Moammar Emka (hal.228)

Mimpi. Biarkan aku mencarinya sekali lagi. Mungkin, dia masih menunggu. Tapi, mengapa rinduku seperti melaknat malam. Untuk alasan apa di menunggu? Memastikan ketololanku karena telah mengabaikanmu. Entah! – Moammar Emka (no.73 hal.228)

Dengan menelantarkan renyah kata.
Kenapa juga mesti kukuh? Membingungkan nalar, dan tepikan logika jika hanya menyisakan Tanya tak terjawab. Entahlah!

……Kita tidak sedang mengawalinya karena kita tidak pernah mengakhirinya. Apa sebenarnya yang kita inginkan sekarang?......
Bersambung. Inikah episode yang kita inginkan? Cerita cinta yang berulang tanpa pengakhiran. Entah! Mari kita merintih bersama; Tanya hati.
– Moammar Emka (hal.230)

Aku tepikan Tanya yang menciut di ambang ketakutan. Diam meradang tak tentu arah. Masih kamukah tujuan. Aku tidak menyerah. Aku hanya lelah berdiri di simpang jalanmu, tanpa kepastian. – Moammar Emka (no.84 hal.231)

Berangkat dari pekat ragu, tahu-tahu kini aku bertekuk lutut di hatimu, satu. Meskipun menyisakan Tanya, tetap saja aku menujumu. Inikah pilihanku? – Moammar Emka (no.99 hal.235)

Minggu, 19 Februari 2012

ENAM – DOR!

Rinduku tak kenal ambigu.
Ia Cuma kenal kata kamu, satu. – Moammar Emka (hal.176)



Di antara sikap acuh tak acuh,
dan kerlingan gagu, tidaklah
kamu tahu aku tengah
memperhatikanmu. – Moammar Emka (hal.178)

Galau itu sebagian dari rindu. Kalau berlangsung terus menerus, segera hubungi rumah sakit terdekat. – Moammar Emka (no.23 hal.178)

“Aku katakana kepadamu : rinduku bukan sejenis pasfum yang harumnya bisa menghilang dalam hitungan jam” ­– Moammar Emka (no.30 hal.179)

“Kau menulis Tanya, aku katakan jawab. Aku menganyam Tanya, kau bisukan jawab. Lalu, diam.” – Moammar Emka (no.42 hal.182)

Malam cepat sekali mengahampiri langit kamar. Samar desahmu masih melekat di detak ingatan. Aku rindu, sialan. – Moammar Emka (no.55 hal.184)

“Malu-malu. Rinduku mengerang di lipatan waktu. Cuma ada kamu, di situ” – Moammar Emka (no.63 hal.186)

“Pura-pura tidak rindu, itu menyiksa. Rindu pura-pura, ke laut saja!” – Moammar Emka (no.94 hal.192)

“Terlalu dini melipatgandakan harapan. Bersikap biasa-biasa saja, itu pilihannya” – Moammar Emka (no.113 hal.196)

Kalau sudah saying, jangan dibuang sembarangan – Moammar Emka (no.135 hal.201)

Aku terlalu takut kehilanganmu;sedalam ketakutanku untuk terus mencintaimu – Moammar Emka (no.140 hal.201)



Segudang Tanya tersimpan. Silih berganti menampilkan teka-teki.
Serba tak pasti;membingungkan. Kadang merunut ABCDE,
kadang berubah acak SNMEGBG. Jangan-jangan,
teka-teki tentangmu adalah kombinasi kata sandi lebih dari 16 karakter.
Setiap kali aku berhenti di matamu, kenapa persimpangan jalan yang terhampar? Setiap kali aku menoleh ke belakang, kenapa justru selubung hatimu yang terdepan.
Apakah hatimu adalah teka-teki silang di luar batas logika?
Lebih dari itu, sangkaku.
– Moammar Emka (hal.204)

152. Tak ada kabar. Senja berarak liar, tak sabar. Bersamanya, ada aku menunggu sapamu, berdebar-debar.
154. Sepanjang yang aku ingat, aku tak melupakanmu. Tak pernah!
157. Tidak mudah untuk jatuh cinta. Tapi mudah-mudahan aku jatuh cinta kepadamu.
– Moammar Emka (hal.205)

“………………Karena cinta itu kata kerja, maka jatuh cinta adalah belajar mencintai. …………” – Moammar Emka (hal.206)

LIMA – SAY GOODBYE

~Di setiap tarian luka, kucoba tetap mencetak wajahmu dalam tepekurku.
~Apakah ini atau sebenarnya semu? Luka tetaplah luka. Cinta tetaplah cinta. Tak peduli
  seberapa lemah menampar kalam batin.
~Semuanya ada padamu; kuingkari dan tetap kurindu
– Moammar Emka (hal.138)


“Kehilangan itu telah menampar egoku dengan telak. Dan kutersadar, betapa berartinya kebersamaan.” – Moammar Emka (no.6 hal.139)

“Kau buatku meratapi, betapa berharga dan berartinya dirimu – satu-satunya, pasti.”­– Moammar Emka (no.7 hal.139)

“Selalu ada rasa enggan untuk mengatakan: aku tak cinta lagi. Entahlah! Segalanya tampak tak pasti. Samar kupandang, jejakmu menilas di jemari pagi.” – Moammar Emka (no.12 hal.141)

“Dan…aku tetap ingin bungkam. Mengingatmu hanya dalam diam. Biar dalam mimpi saja aku berpeluh mengejar bayangmu yang mulai hilang.” – Moammar Emka (no.14 hal.141)

“Setelah perpisahan, menunggu kamu itu tak ubahnya putaran nasib. Mungkin, tidak… mungkin… tidak… mungkin. Biarkan saja, setidaknya aku masih bisa menunggu.” – Moammar Emka (hal.17 no.141)

“Begitu beda, tanpamu. Begitu sepi, tanpamu. Begitu tak bisa dan tak terbiasa aku tanpamu. Yang aku tahu… begitu bahagia aku denganmu. Titik!” – Moammar Emka (no.21 hal.142)

“Seberapa jauh aku bisa bersembunyi tanpa mengingatmu? Sepertinya, aku tak mampu melakukannya.” – Moammar Emka (no.22 hal.142)


34. Sedih tak berujung karena kepadamu senyuman itu ada dan meretaskan bahagia.
35. Menangislah mala mini dan tersenyumlah utnuk bahagia yang kau yakini, esok hari. Ada
      untukmu, dan seterusnya kau berhak mencecapnya, yakinku pasti.
36. Mengakhiri tapi tidak benar-benar mengakhirinya. Mungkinkah? Maksud hati melenggang
      pergi, apa daya keki merintih perih.
37. TENTANGMU. Melupakan, tak mampu. Menjaga dan menyimpannya rapi di sudut hati, itu
      kuasa pilihanku.
40. Kamulah tempatku mengunyah sejarah cinta dan penantian. Bahagia juga luka. Rindu
      juga keterpisahan…
– Moammar Emka (hal.145)



“Ketika masa lalu beranjak pergi, sebenarnya kita masih berjalan di sampingnya. Aku dan kamu berdiri di tengahnya.” – Moammar Emka (no.46 hal.149)

“Cinta yang kujaga untukmu seperti bayanganku dalam cermin. Begitu nyata, tapi tak bisa kusentuh.” – Moammar Emka (no.50 hal.149)

“Setengah hati menanti, setengahnya lagi membenci. Menanti rengkuhanmu (seperti dulu), membenci rapuhku (mencintaimu)” – Moammar Emka (no.54 hal.154)

“Ketika pikiran dan hati tak sanggup menampung pilu, menangis tersedu pucuk tibaku.” – Moammar Emka (no.57 hal.154)

“Belajar lagi mencintai kesendirian. Tanpamu di sisiku, berat membukit mata kuliah yang satu ini.” – Moammar Emka (no.69 hal.153)

Seperti Harapan Itu
Dulunya Tidak Ada
Haruskah kita menyalahkan nurani kita yang telah menghempaskan napas kegelisahan untuk setiap tidak acuh yang telah terpendam sekian lama?
Nurani adalah diri kita. Kita tidak dapat berdusta dan membohongi diri sendiri. Biarkan ia mengalir dan mengalir, berkelok dan menyimpan keteduhannya. Keteduhan yang melelapkan sampai ia tiada.
– Moammar Emka (hal.154)

Mungkin lebih baik dengan melenyapkannya. Saling membenci dengan mengingkari nurani kita. Apakah aku terlambat? Ini memang tampak lebih baik. Kita mengakhirinya, tapi tidak untuk memaksa kita mengakhirinya. Biarkan ia hilang dalam kesenyapan masa dengan sendirinya. Seperti harapan itu dulunya tidak ada!
– Moammar Emka (hal.155)

“MASA LALU. Hatimu tertinggal dalam dompet kenangan. Memilah rindumu? TIDAK! Memikirkanmu? IYA, detik ini juga.” – Moammar Emka (no.78 hal.157)

“Bersama melipat hati. Itu yang kita pilih untuk menyudahi penyatuan. Dan genggaman kita pun terlepas di batas perpisahan.” – Moammar Emka (no.87 hal.159)

“Dulu, ada satu keajaiban yang membangunkanku dari ruang hampa, dan itu kamu. Dan aku percaya, aka nada keajaiban kedua. Siapa lagi kalau bukan kamu lagi.” – Moammar Emka (no.90 hal.159)


Begitulah cinta, beginilah cinta
Cinta memang tak pernah salah. Cinta yang semestinya menuntun kita menjadi tiang dan jembatan yang saling seia tanpa syarat, ternyata belum juga mengewantah utuh, lebur dalam diri kita. Selain bersandar pada apa yang kita yakini sebagai cinta, selebihnya kita hanya bisa jalani dan berpasrah dalam doa. Berharga cinta dan penyatuan setia berjalan beriringan di akhir cerita. Tapi jika tidak? Mungkin, semestinya biarkan cinta dan perpisahan bergandengan dengan rahasianya.
– Moammar Emka (hal.161)

“Berulang kali garis batas itu kita putuskan. Berulang kali juga kita pijak kembali di atas pengingkaran” – Moammar Emka (no.93 hal.162)

“Aku selalu berpikir, saat kamu pergi itulah titik. Ternyata, aku salah! Aku masih dalam lingkaran” – Moammar Emka (no.99 hal.163)

“Kita ini lucu. Bersikukuh mengingkari, tapi hati tetap memekikkan rindu. Tak jemu kuteriakkan rindu dengan lantang. Parau suaraku menampar dinding batu. Kamu tetap teguh dalam bisu” – Moammar Emka (no.100 hal.163)




Kenangan Itu, Kita
Tanpa ditulis pun, kenangan tetap serupa buku.
Lembar demi lembarnya selalu terbuka tiap kali
kita mengingatnya. Iya, kita.
Kenangan itu ibarat cermin. Dari bening dan
buramnya, dari utuh dan retaknya, kita berkaca.
Iya, kita.
– Moammar Emka (hal.166)

Jika kenangan kita adalah memar senja, di titik
itulah kita mengingatnya. Iya, kita.
Jika kenangan kita adalah pelangi senja, maka
di tempat kita berdiri sekarang, aku yakin kita
berbahagia. Iya,  kita.
Kenangan yang membawa dan menuntun
kita ke masa berikutnya. Sebagai kita yang
dilanggengkan, dan bersama di saat sekarang
atau sebaliknya.
– Moammar Emka (hal.167)

“Jika memang harus berakhir, aku rela. Hanya, inginku akhiri semua ini dengan indah. Seperti kali pertama cinta menghunus ketulusan dalam damba tak bersyarat hingga jejak kita ditebas sang masa” – Moammar Emka (no.117 hal.169)

RUANG TAMU
Kepadamu aku kembali. Akan kuceritakan tentang dia yang tak pernah pergi dari ingatan. …..– Moammar Emka (hal.170)

About Me :

Foto saya
Mantan Pelajar di SMAN 2 Madiun // Public Health Universitas Airlangga Surabaya // Bekerja untuk Indonesia Suka Makan // Suka Travelling // Suka Rame2 // Suka Baca Novel // Suka Nonton Film // Suka Galak // IG - Twitter : @yohanratihfe