Menunggu dan Seterusnya
Di antara hujan, dan kata bosan. Dalam bingkai cerah langit, hujan tetap berjatuhan. Dibelenggu janji yang belum terpenuhi, aku menanti; kamu! – Moammar Emka (hal.240)
Kamu : “Rumah seperti apa yang ingin kau huni sampai tua nanti?”
Aku : “Rumah hatimu.”
– Moammar Emka (no.3 hal.241)
Kamu : “Cukup bahagiakah kamu hari ini?”
Aku : “Lebih dari cukup! Karena kudapat sepatah sapa manja dan sepotong rindu untuk tidurku, darimu.”
– Moammar Emka (no.6 hal.242)
“Aku masih belum percaya. Sebaris kata rindu itu terpancar tiba-tiba dari rasa bisumu. Itu lebih dari obat untuk sekarat penantianku.”
“Semoga kamu percaya; tanpa awalan dan akhiran: rindu ini, milikmu saja.”
– Moammar Emka (hal.258)
“Apa kado ulang tahunku?” | “Separuh hatiku.” | “Sisanya untuk apa?” | “Kado pernikahan kita.” – Moammar Emka (no.57 hal.259)
“Apa pilihanmu kini?” “Inilah pilihanku : mengingkari cinta dengan membiarkan kecewa membentur tanya – meski tanpa jawab.” – Moammar Emka (no.68 hal.261)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar