“Ini yang tertulis di hatiku, aku mencintaimu. Titik. [tanpa koma]” – Moammar Emka (no.5 hal.1)
“Ada dan tiada – bagimu, rasa itu tetap kujaga. Tersimpan rapi dalam bejana pengharapan. Di suatu masa, siapa tahu, akan hadir kesempatan kedua bagi cinta kita.” – Moammar Emka (no.19 hal.7)
“Masih… setiap kali sunyi mematuk sendiri, kamu pun hadir tanpa permisi. Masih dan selalu begitu.” – Moammar Emka (no.27 hal.10)
“Seperti masuk dalam labirin, setiap kali kucoba mengurai segala tentangmu. Sesatku di persimpangan jalan. Menunggu dalam ketidakpastian!” – Moammar Emka (no.33 hal.13)
“Dalam labirin hatimu, aku masih kukuh berdiri. Menanti! Pergi atau…setia bernaung dalam mata bening?!” – Moammar Emka (no.37 hal.14)
“Terima kasih telah masuk ke dalam pintuku. Bukannya aku ingin menguncimu, tapi…bisa kamu tinggal kamu tinggal selamanya?” – Moammar Emka (no.47 hal.17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar