Perjalanan boleh berhenti; tapi sejenak saja, jangan terlalu lama. Masih jauh kilometer yang harus ditempuh untuk menjemput bahagia, bukan dengan berdiam menunggu. Kecuali, menunggumu itu satu hal yang pasti, pasti kubela hingga kaki tak merasakan lelah lagi.
….
“Kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta pada siapa. Jika boleh memilih, sekali lagi aku akan jatuh cinta kepadamu. “
- Moammar Emka (hal. 348)
Add caption |
6. “Cinta memang tak terduga. Semua serba tiba-tiba. Datang, tiba-tiba, pergi tiba-tiba. Lalu, datang lagi, pergi lagi. Akankah kamu datang sekali lagi, tiba-tiba?”
7. Menunggumu, entah untuk yang keberapa kali. Bersama senja, sekali kali kucatat lagi terpasungnya diri dalam jarring matamu lagi. Sedetik tak terhitung nilainya, ketika satu kata yang terucap begitu berarti; ketika rasa yang terungkap begitu bermakna.
- Moammar Emka (hal.350)
Sebuah pusat badai berkecamuk di pikiranku. Terpuruk melupakanmu, atau berdiri kukuh dalam penjara taman kotamu? - Moammar Emka (no.4 hal.352)
3. Kau tahu posisiku sekarang? Aku terjepit di antara pengingkaran dan realitas perasaan.
4. Kebenaran menjadi lebih rumit ketika kusadar perasaan itu begitu kokoh di tempatnya; berat pindah ke hati lain.
- Moammar Emka (hal 354-355)
“Menunggumu. Satu hal yang paling membahagiakan dari menunggu.” Yakinku, dalam hati. - Moammar Emka (no.13 hal. 357)
Tak sabar, aku inginkan pagi. Biarkan mentari hasut benciku yang setia bertahan menyulut mimpi tentangmu seutuhnya, tak henti-henti; menjadikanmu yang terindah sebagai pengantin hatiku yang terjamah, lekang. - Moammar Emka (no.5 hal. 358)
16. Tolong, jangan buat aku percaya; kita mulai terbiasa bertukar dengan rasa bisu, sepertinya. - Moammar Emka (hal.362)
Bersyukurlah bisa menangis. Setidaknya kita tahu, kesedihan itu seperti apa rasanya. Rasakan saja air mata yang tumpah itu obat luka. - Moammar Emka (hal.370)
Ketidakberdayaan,keakuan, dan pengingkaran: milikku. Rasa muaranya. Tinggal menunggu satu : penyatuan itu. - Moammar Emka (no.6 hal.373)
Tiba-tiba. Kata keramat yang setia merunut kejutan di setiap barisnya. Kamukah itu? Aku menunggu….. - Moammar Emka (no.2 hal 376)
Tapi bagiku, kamu tak ke mana. Seperti tumbuhan dalam kayu. Makin kokoh akar menhunjam, makin merindang daun. Kamu hidup di bagian terdalam dari diriku; palung hati. . . . . - Moammar Emka (hal. 378)
THE END OF DEAR YOU BY MOAMMAR EMKA
NICE BOOK..NICE WORDS..NICE POEMS..:)
NICE BOOK..NICE WORDS..NICE POEMS..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar